Indonesia
sebagai negara yang berbhineka tunggal ika sesungguhnya kaya akan budaya dan
kesenian tradisional di tiap-tiap daerah. Keanekaragaman seni budaya tersebut
dapat dilihat dari aspek bahasa, kesenian, dan adat istiadat. Namun ironisnya,
generasi muda sebagai penerus budaya tidak begitu banyak yang berminat
melestarikan maupun sekedar mempelajari seni budaya lokal. Bangsa Indonesia,
masyarakat Jawa khususnya tidak menyadari bahwa banyak budaya dan kesenian
modern terutama yang berasal dari negara asing sangat berpengaruh bagi pola
pikir generasi muda. Persoalan ini sangat berkaitan dengan kondisi bangsa
Indonesia yang belum juga lepas dari krisis sejak tahun 1997. Generasi muda
sebagai penerus pembangunan hendaknya memiliki rasa bangga dan jiwa kepahlawanan
dalam menyikapi suatu masalah. Sikap tersebut dapat dimulai dengan rasa bangga
dan mencintai seni budaya. Melalui seni seseorang belajar peka terhadap
lingkungannya. Hingga sekarang ini, bangsa Indonesia telah mengalami krisis
multidimensi. Berawal dari krisis moneter (ekonomi), krisis politik hingga
krisis moral yang semakin menjadikan bangsa Indonesia terpuruk. Persoalan tersebutlah
yang melatarbelakangi munculnya gagasan penelitian tentang peran lirik lagu
dolanan sebagai salah satu dari seni sastra tradisional di Jawa Tengah dalam
mewujudkan semangat persatuan dan
kebangsaan.
Alasan lain karena hingga saat ini lagu dolanan cenderung dianggap sebagai lagu
permainan semata. Melalui pendekatan hermeneutik fenomenologi penelitian ini
mencoba mengungkap simbol dan makna dalam lirik lagu-lagu dolanan di Jawa
Tengah. Simbol dan makna lirik lagu dolanan tersirat dalam pendidikan ketuhanan,
budi pekerti, dan kehidupan berbangsa dan bertanah air. Implementasi simbol dan
makna kebangsaan lagu dolanan dalam pendidikan formal (sekolah) dapat dilakukan
melalui pengajaran apresiasi sastra pada Mata Pelajaran Bahasa Jawa. Di dalam
pendidikan non formal (keluarga, masyarakat: komunitas seni, sanggar seni,
seniman) bentuk implementasi yang ditempuh sebagai upaya sosialisasi, dilakukan
dengan mengaplikasikan lagu-lagu dolanan baik bagi anak-anak maupun orang dewasa.
Sehingga lagu dolanan bukan lagi dianggap lagu dolanan anak semata, tetapi
merupakan seni sastra tradisi milik seluruh masyarakat. Kerjasama yang harmonis
antara orang tua, lingkungan, lembaga terkait, dan pemerintah akan berandil
amat besar bagi kelestarian seni budaya daerah yang merupakan sumber aset
budaya nasional.
Indonesia
sebagai negara yang berbhineka tunggal ika sesungguhnya kaya akan budaya dan
kesenian
tradisional di tiap-tiap daerah. Keanekaragaman seni budaya tersebut dapat dilihat
dari aspek bahasa, kesenian, dan adat istiadat. Namun ironisnya, generasi muda
sebagai penerus budaya tidak begitu banyak yang berminat melestarikan maupun
sekadar mempelajari seni budaya lokal. Salah satu hasil budaya yang juga
merupakan seni sastra tradisional yaitu lagu dolanan dari Jawa Tengah. Saat
ini, lagu dolanan sebagai seni sastra tradisional yang amat dekat dengan kehidupan
masyarakat Jawa, justru semakin menyusut peminatnya. Banyak kesenian modern menjadikan
generasi muda, di Jawa Tengah khususnya, asing dengan budaya daerahnya sendiri.
Sebagian besar generasi muda lebih banyak memilih kesenian yang dapat menghibur.
dengan menggunakan teknologi canggih. Karya seni lokal telah dikesampingkan
karena dianggap kuno. Faktor lain yang mempengaruhi minimnya pemahaman dan
ketertarikan generasi muda pada seni budaya lokal adalah kurang menariknya kemasan
dan proses sosialisasi oleh generasi sebelumnya. Bangsa Indonesia, masyarakat
Jawa khususnya tidak menyadari bahwa banyak budaya dan kesenian modern terutama
yang berasal dari negara asing sangat berpengaruh bagi pola pikir generasi
muda. Persoalan ini sangat berkaitan dengan kondisi bangsa Indonesia yang belum
juga lepas dari krisis sejak tahun 1997. Alasan ini muncul sebab generasi muda
sebagai penerus pembangunan hendaknya memiliki rasa bangga dan jiwa
kepahlawanan dalam menyikapi suatu masalah. Sikap tersebut dapat dimulai dengan
rasa bangga dan mencintai seni budaya. Melalui seni seseorang belajar peka terhadap
lingkungannya. Hingga sekarang ini, bangsa Indonesia telah mengalami krisis multidimensi.
Berawal dari krisis moneter (ekonomi), krisis politik hingga krisis moral yang semakin
menjadikan bangsa Indonesia terpuruk. Persoalan tersebutlah yang
melatarbelakangi munculnya gagasan penelitian tentang peran lirik lagu dolanan
sebagai salah satu dari seni sastra tradisional di Jawa Tengah dalam mewujudkan
semangat persatuan dan kebangsaan. Mengacu pada latar belakang di atas penelitian
ini merumuskan permasalahan yang difokuskan pada dua hal yaitu : 1) unsur kebangsaan
apa sajakah yang terdapat dalam simbol dan makna lirik lagu-lagu dolanan di
Jawa Tengah melalui pendekatan hermeneutik?, dan 2)
bagaimanakah
bentuk implementasi lirik lagu dolanan dalam dunia pendidikan?.
Hermeneutik
akan diasumsikan sebagai seni, ilmu, metode, atau pendekatan adalah sebuah pilihan.
Tulisan ini memandang hermeneutik sebagai kajian sebuah metode dalam proses analisis
sebuah karya. Konsep hermeneutik yang dipakai mengacu pada penyelarasan dari
berbagai pandangan hermeneut-hermeneut, sebab pandangan para ahli terdahulu
tentang hermeneutik memiliki benang merah berupa interpretasi atau pemahaman,
kesadaran, simbol
dan
filsafat.
Simbol dan Makna
Simbol
dan makna adalah dua istilah berbeda namun tidak dapat dipisahkan antara satu
dan
lainnya.
Keduanya memiliki keterkaitan. Untuk mengetahui simbol dan makna yang ada dalam
sebuah karya sastra maka terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian simbol dan
makna. Kata simbol berasal dari bahasa Yunani symbolos, berarti tanda atau ciri
yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang (Herusatoto 2005:10). Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia simbol diartikan tanda, lukisan, lencana. Pierce
(dalam Budiman 1999:108)
mengemukakan
bahwa simbol adalah salah satu jenis tanda yang bersifat arbiter dan
konvensional. Berdasarkan pengertian ini simbol merupakan ekuivalen dari pengertian
Saussure tentang tanda. Arbiter dalam hal ini artinya bahwa sebuah simbol merupakan
jenis tanda yang sangat dimungkinkan memiliki lebih dari satu tafsiran atau
makna, jadi interpretasi dari penikmat atau pengkaji satu dengan yang lain
boleh jadi berbeda atau disebut
manasuka.
Misal, kata “warna hitam” bisa berarti duka, malam, gelap, mati, dan lain
sebagainya.
Kaitannya
dengan lirik lagu, simbol dianggap berakar dalam manusia, mengundang untuk berfikir. Konsep simbol memberi
vitalitas pada pemikiran kehidupan berseni. Untuk memahami lirik sebuah lagu,
sikap rasional saja tidaklah cukup. Oleh sebab itu, jika bahasa atau lirik sebuah
lagu diidentikkan bersumber pada rasio, maka mudah dilihat betapa definisi
tersebut tidak mampu menerangkan secara menyeluruh. Ini artinya pars pro
toto saja atau bagian dianggap sebagai keseluruhan. Ada bahasa logis atau
ilmiah ada juga bahasa puitis. Bahasa bukanlah sekedar ekspresi pikiran atau
gagasan, melainkan juga ekspresi perasaan-perasaan, afeksi-afeksi. Untuk memahami
bentuk-bentuk kehidupan budaya, bentuk-bentuk simbol butuh dipahami (Susantina 2001:444).
Lagu dolanan dan
Jenis-jenisnya
Lagu dolanan adalah
bentuk seni sastra tradisional atau nyanyian rakyat dengan suatu irama dan permainan
tertentu, oleh sekelompok anak-anak. Setiap lagu dolanan memiliki maksud
tertentu. Lagu-lagu dolanan memiliki lirik-lirik atau syair yang
tersusun dari kata-kata indah yang memiliki makna. Lagu dolanan adalah
lagu yang dinyanyikan dengan bermain-main atau lagu yang dinyanyikan dalam
suatu permainan tertentu. Misalnya, dulu setiap malam bulan purnama anak-anak
bermainmain di halaman. Mereka memanfaatkan malam terang dengan berbagai
permainan. Permainan tersebut ada yang diiringi gerak sesuai isi lagu yang
dinyanyikan (Endraswara 2005:99). Sementara itu, Rahardjo (dalam Ardiyanti 2003:5)
mengemukakan pendapatnya tentang lagu dolanan, yaitu lagu-lagu yang bisa
dinyanyikan anak-anak Jawa dengan gerak atau tidak. Bahkan sering diiringi
musik dan gerakan sehingga sangat menyenangkan. Sebagai lagu dolanan,
kesenian ini dilaksanakan pada sembarang waktu dan tempat ketika anak-anak sering
bermain dengan kelompoknya. Setiap daerah di Indonesia memiliki beragam jenis
lagu dolanan. Jumlahnya mencapai ratusan. Di Jawa Tengah sendiri terdapat
seratus lebih judul dan bentuk lagu dolanan. Endraswara (2005:103)
mengelompokkan lagu-lagu dolanan ke dalam 8 jenis atau kelompok meliputi :
Proto Folksong, Lagu Nina Bobo (lullaby), Lagu profetik, Lagu Permainan (play
song), Lagu Perjuangan, Lagu Jenaka, Lagu Mantra Anak, dan Lagu Sindiran.